Waspada, Iblis Ada Di Sajadahmu

Satan
post image wordpress



Iblis menjelma menjadi
ratusan bentuk & masuk dari
segala penjuru, lewat jendela,
pintu, ventilasi, atau masuk
lewat lubang pembuangan air.
Pada setiap orang, Iblis juga
masuk lewat telinga, ke
dalam syaraf mata, ke dalam
urat nadi, lalu menggerakkan
denyut jantung setiap para
jamaah yang hadir. Iblis juga
menempel di setiap sajadah.

"Hai, Blis!", panggil Kiai,
ketika baru masuk ke Masjid
itu. Iblis merasa terusik : "Kau
kerjakan saja tugasmu, Kiai.
Tidak perlu kau larang-larang
saya. Ini hak saya untuk
menganggu setiap orang
dalam Masjid ini!", jawab Iblis
ketus.
"Ini rumah Tuhan, Blis!
Tempat yang suci,Kalau kau
mau ganggu, kau bisa diluar
nanti!", Kiai mencoba
mengusir.

"Kiai,hari ini, adalah hari uji
coba sistem baru". Kiai
tercenung. "Saya sedang
menerapkan cara baru, untuk
menjerat kaummu". "Dengan
apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan
dengan sajadah, Blis?"
"Pertama,saya akan masuk
ke setiap pemilik saham
industri sajadah. Mereka akan
saya jebak dengan mimpi
untung besar. Sehingga,
mereka akan tega memeras
buruh untuk bekerja dengan
upah di bawah UMR, demi
keuntungan besar!"
"Ah,itu kan memang cara
lama yang sering kau pakai.
Tidak ada yang baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada
setiap desainer sajadah. Saya
akan menumbuhkan gagasan,
agar para desainer itu
membuat sajadah yang lebar-
lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih
berpeluang untuk
menanamkan rasa egois di
setiap kaum yang Kau pimpin,
Kiai! Selain itu, Saya akan
lebih leluasa, masuk dalam
barisan sholat. Dengan
sajadah yang lebar maka
barisan shaf akan renggang.
Dan saya ada dalam
kerenganggan itu. Di situ Saya
bisa ikut membentangkan
sajadah".

Dialog Iblis dan Kiai sesaat
terputus. Dua orang datang,
dan keduanya
membentangkan sajadah.
Keduanya berdampingan.
Salah satunya, memiliki
sajadah yang lebar.
Sementara, satu lagi,
sajadahnya lebih kecil.
Orang yang punya sajadah
lebar seenaknya saja
membentangkan sajadahnya,
tanpa melihat kanan-kirinya.
Sementara, orang yang punya
sajadah lebih kecil, tidak enak
hati jika harus mendesak
jamaah lain yang sudah lebih
dulu datang. Tanpa berpikir
panjang, pemilik sajadah kecil
membentangkan saja
sajadahnya, sehingga sebagian
sajadah yang lebar tertutupi
sepertiganya.
Keduanya masih melakukan
sholat sunnah.
"Nah,lihat itu Kiai!", Iblis
memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang
sholat sunnah itu. Mereka
punya sajadah yang berbeda
ukuran. Lihat sekarang, aku
akan masuk diantara
mereka".
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam
barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan
kedua orang yang sedang
melakukan sholat sunah. Kiai
akan melihat kebenaran
rencana yang dikatakan Iblis
sebelumnya. Pemilik sajadah
lebar, rukuk. Kemudian sujud.
Tetapi, sembari bangun dari
sujud, ia membuka sajadahya
yang tertumpuk, lalu
meletakkan sajadahnya di
atas sajadah yang kecil.
Hingga sajadah yang kecil
kembali berada di bawahnya.
Ia kemudian berdiri.
Sementara, pemilik sajadah
yang lebih kecil, melakukan
hal serupa.
Ia juga membuka sajadahnya,
karena sajadahnya ditumpuk
oleh sajadah yang lebar. Itu
berjalan sampai akhir sholat.
Bahkan, pada saat sholat
wajib juga, kejadian-kejadian
itu beberapa kali terihat di
beberapa masjid.
Orang lebih
memilih menjadi di atas,
ketimbang menerima di
bawah. Di atas sajadah, orang
sudah berebut kekuasaan atas
lainnya. Siapa yang memiliki
sajadah lebar, maka, ia akan
meletakkan sajadahnya diatas
sajadah yang kecil. Sajadah
sudah dijadikan Iblis sebagai
pembedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar,
diindentikan sebagai para
pemilik kekayaan, yang setiap
saat harus lebih di atas dari
pada yang lain. Dan pemilik
sajadah kecil, adalah kelas
bawah yang setiap saat akan
selalu menjadi sub-ordinat
dari orang yang berkuasa.
Di atas sajadah, Iblis telah
mengajari orang supaya selalu
menguasai orang lain.

"Astaghfirullahaladziiiim ",
ujar sang Kiai pelan.

Comments

Popular posts from this blog

bank plecit

primkopabri