Siapakah Penghancur Kearifan Lokal Nusantara ??

ravana3
hosting images


Ternyata penghancurnya
ialah pemerintah (pusat
maupun daerah), plus
petinggi-petinggi parpol
( pusat maupun daerah ) plus
pengusaha-pengusaha bervisi
babi-buta. Darimana
kesimpulan itu? Dari berita-
berita media massa Indonesia
selama puluhan tahun.
Terutama media massa
akhir-akhir ini, baik koran
maupun televisi berita, akhir-
akhir ini mulai langsung
tunjuk hidung, bahwa rezim
penguasa sekarang adalah
pengkhianat bangsa,
kleptokrat/pemerintahan
para maling, penghancur
bangsanya sendiri dan
sebagainya.

Masuk akalkah seorang atau
sekelompok pemimpin
melakukan penghancuran
terhadap bangsanya sendiri?
Seharusnya tidak masuk
akal, tapi buktinya begitulah
yang terjadi di Indonesia.
Namun kisah itu bukan
barang baru, karena pernah
terjadi, apakah ini cuma epos
atau fiksi—perlu penelitian.
Dalam buku "Rahuvana
Tattwa" karya Agus Sunyoto
( 2006 ), yang
menjungkirbalikkan sudut
pandang kepahlawanan
Ramayana, diceritakan
bahwa Rahwana sebetulnya
adalah pahlawan bagi bangsa
kulit berwarna.
Sebagaimana sejarah dunia
mencatat, benua India
( dalam buku "Rahuvana
Tattwa" disebut Negeri
Jambudwipa ) dahulunya
dikuasai oleh kaum
kulit berwarna, dari
sawomatang sampai hitam
legam. Mereka disebut
dengan berbagai nama
kesukuan, antara lain :
Drawida, Wanara, Raksasa,
Bhuta,Denawa,Gandarwa,
Asura, Naga, Garuda,
Beruang dsb.
Tentu itu fakta. Antropolog
telah menemukan sisa-sisa
peradaban kaum Drawida
yang sangat megah dan
berperadaban tinggi lewat
situs-situs reruntuhan negeri
Mohenjo Daro dan Harappa,
sebagai negeri kaum
Drawida. Situsnya terletak di
perbatasan India-Pakistan.
Diperkirakan tahun jaya-
jayanya kaum Drawida di
Mohenjo Daro dan Harappa
adalah tahun 3000 SM sampai
1500 SM, jadi masa jayanya
berusia 1500 tahun.
Kaum Bhuta juga masih
memiliki negara yang kini
disebut Bhutan. Sedang
bangsa-bangsa kulit-kulit
hitam dengan campuran kulit
terang maupun masih
asli,kini menghuni pulau
Srilangka, dan sebagian
menghuni India selatan.
Sebagian lagi menyeberang
ke Nusantara menjadi Kaum
Keling yang masih banyak
terdapat di Aceh , Sumatera
Utara dan tersebar di banyak
tempat, sedangkan yang
tidak termasuk puak
keling,namun termasuk
wangsa Drawida atau
Weddoid dan Negrito
tersebar di pulau-pulau timur
Nusantara serta bermukim di
hutan-hutan dan puncak
gunung yang akhirnya kini
disebut suku-suku terasing
Nusantara.
Mengenai hal ini, perlu kajian
dan penelitian lebih lanjut
oleh sarjana-sarjana ilmu
antropologi ragawi.
DIHANCURKAN OLEH
KOALISI ASING ARYA
DENGAN KOMPRADOR
PRIBUMI WIBISANA DKK.

Sebagaimana sejarah
mencatat, India memang
pernah diserang dan dijajah
rayah oleh Alexander The
Great dari Macedonia-
Yunani-Albania. Dialah
bangsa Arya kulit putih yang
kemudian membuat India
menjadi berbudaya "Semakin
Arya".
Pertanyaannya, apakah
periode Alexander The Great
itukah yang menginspirasi
kisah Ramayana, ataukah
sudah ada "Serangan Kaum
Arya" lain sebelum
Alexander the Great,
memang masih perlu diskusi,
seminar, lokakarya dan
penelitian. Alexander baru
masuk India sekitar 326 SM.
Jadi, kemungkinan memang
yang disebut Arya yang
pertama ini adalah "Arya
yang buas" yakni bangsa
Nomaden yang masuk dan
menjarah India pada tahun
1500 SM. Mereka adalah
kaum "Mannu". Dari istilah
"Mannu" itu mereka
mempopulerkan istilah
"Mannu-sa" artinya
"Keturunan Mannu" sebagai
konsep "bangsa yang
beradab". Dari situlah maka
timbul sebutan "Manusia"
dari asal kata "Mannu-Sa"
tadi.
Sebaliknya, kaum hitam yang
dijajahrayah mereka sebut
"bukan bangsa yang
beradab". Maka mereka
memaksakan istilah "Bhota"
sebagai buta—kaum yang
bodoh dan rakus, Raksasa
sebagai bangsa pemakan
daging mentah, Gandarwa
jadi semacam
Genderuwo,Wanara
disamakan dengan monyet,
Naga setara dengan ular,
Garuda seperti
burung...pokoknya dianggap
binatanglah atau hantulah.
Ironisnya, bangsa Mannu-sa
itu aslinya tidak punya nabi
tidak punya kitab suci.
Mereka bangsa pengembara
yang "nabinya" hanyalah
dukun-dukun sihir dan
peramal nasib. Maka,
merekapun merebut kitab
suci kaum Drawida yakni
"Weda" lalu dirusak dan
ditambah-tambahi, jadilah
"Weda versi rusak" yang
dijadikan kitab suci bangsa
Arya sekarang.
Nah,dalam buku "Rahuvana
Tattwa" diceritakan, bahwa
Rahwana adalah Raja yang
kekuasaannya meliputi India
tengah sampai selatan plus
"Salilabuwana" alias "Benua
Air" yakni Nusantara.
Rahwana menyatukan kaum
kulit-berwarna agar
bersatupadu melawan Arya-
penjajah yang dipimpin oleh
Dewa Indra yang licik, yang
beristana di Indraloka—yang
disetarakan dengan surga.
Kebetulan, pahlawan dari
bangsa Arya, yakni Rama
menyia-nyiakan Sita isterinya.
Rahwana sebagai raja dari
bangsa yang menjunjung
tinggi wanita—matriarkat—
tidak tega melihat wanita
cantik di"KDRT" oleh
suaminya yang berbudaya
patriarkat, maka diapun
merebut Sita.
Akhirnya terjadilah perang
antara Rama-Arya-kaum
asing penjajah melawan
Rahwana yang
mengkoordinasikan kaum
pribumi kulit berwarna untuk
bergerak mencetuskan
"REVOLUSI" melawan
penjajah.
Kaum Arya hampir saja
kalah, kalau tidak ditolong
oleh komprador
( pengkhianat bangsa ) yakni
Wibisana—adik tiri Rahwana
sendiri--bersama para
anggota "Koalisinya" yakni
antara lain Hanoman,
Jembawan, Anggada, Anila,
Sugriwa dan para
pengikutnya.

Wibisana membocorkan
rahasia-rahasia kesaktian
Rahwana hingga akhirnya
Rahwana dapat dikalahkan
oleh Rama, itupun dengan
cara dikeroyok dengan para
anggota koalisi
kompradornya.
Nah,kita ingin bertanya :
"Motivasi apakah Wibisana
mau mengkhianati dan
menghancurkan bangsa dan
negaranya sendiri?"
Jawabannya adalah "Motivasi
kekuasaan", jadi Wibisana
ingin menjadi raja Alengka
tapi takut dengan kakaknya,
yakni Rahwana. Jalan satu-
satunya adalah berkhianat
dengan bekerjasama menjadi
agen kaum asing-penjajah.
Sekarang kita juga ingin
bertanya : "Motivasi apakah
para pemimpin Indonesia dari
jenis atau golongan
pengkhianat—kok mau
mengkhianati bangsanya?"
Jawabannya tentu "Motivasi
kekuasaan yang artinya
adalah uang dan
kenikmatan", meskipun
nantinya negara dan
bangsanya akan hancur.
Maka, yang sekarang perlu
digemakan adalah "Tiba
saatnya REVOLUSI !!!!" untuk
menghancurkan "Mental
komprador" yang
menghancurkan Nusantara
kita. Kini saatnya Nusantara
menemukan jatidirinya
sendiri! Dan tidak lagi
menghamba kepada "semua
yang berbau asing" yang
belum tentu sesuai dengan
"kearifan budaya lokal
Nusantara"!!!!

Comments

Popular posts from this blog

bank plecit

primkopabri