Gemuk Salah,Kurus Juga Salah
VIVAnews - Mallisa Jones
tergolek lemah di ranjang
sebuah rumah sakit di Inggris.
Terdiagnosis menderita
anoreksia, harapan hidupnya
diperkirakan tersisa enam
bulan. Ia bisa bertahan hidup
hanya jika bisa memenuhi
kebutuhan nutrisinya yang
sangat buruk.
"Dokter mengatakan jika saya
tak segera bisa makan dengan
baik, enam bulan lagi mungkin
saya akan mati," kata gadis 21
tahun itu, seperti dikutip dari
laman Mirror.
Syarat sembuh terdengar
mudah: makan teratur dengan
gizi seimbang. Tapi bagi
Mallisa, makan adalah hal
paling menyiksa saat ini.
Dalam sehari, ia hanya
mampu mengasup makanan
300 kalori, dari kebutuhan
normal 2.000 kalori sehari.
"Sejak operasi lambung saya
selalu kesakitkan jika makan."
Mallisa melakukan operasi
mempersempit ukuran
lambung, 2008 silam. Ia
terpaksa melakukannya untuk
menekan risiko penyakit yang
mulai mengancam akibat
bobot tubuh yang menyentuh
215,9 kilogram. Lemak
tubuhnya mulai menekan
sejumlah organ penting.
Bahkan, ia harus memakai
masker oksigen saat tidur.
Dokter memintanya segera
menurunkan berat badan. Jika
tidak, Mallisa yang kala itu
masih 17 tahun dikhawatirkan
tak akan hidup sampai usia 18
tahun. Operasi penyempitan
lambung dilakukan sebagai
cara instan untuk menurunkan
berat badannya.
Hanya 18 bulan usai operasi
itu, berat badannya susut
139,7 kilogram. Namun,
penyusutan terjadi tanpa
kendali. Di usia 21 tahun,
bobot gadis setinggi 173
sentimeter itu hanya tersisa
50,8 kilogram dengan 15,8
kilogram bobot kulit yang
menggelambir akibat
penurunan berat badan cukup
ekstrim.
"Saya tidak tahan melihat
diriku telanjang di depan
cermin. Gelambir kulit itu
sangat membuat tubuhku
tampak berantakan," katanya.
"Saya juga sering mengalami
kram perut jika makan terlalu
banyak, tak jarang saya harus
berjalan menyeret kaki saat
kram menyerang."
Mallisa seperti keluar
kandang singa masuk ke
lubang buaya. Operasi
penyempitan lambung
mungkin telah
menyelamatkannya dari
penyakit mematikan akibat
obesitas, tapi operasi itu
mengantarnya ke siksaan baru
yang tak kalah mematikan.
Makan dalam jumlah kecil
sudah membuat perutnya
kram hebat. "Saya tidak
sengaja membuat diri sendiri
kelaparan, tapi sekarang saya
lebih memilih mati daripada
memaksakan diri untuk
makan," ujar gadis asal Selby,
North Yorkshire itu. "Saya
menyesal melakukan operasi
lambung."
Di tengah frustasi, Mallisa
harus bisa makan setidaknya
500 sampai 1.000. "Saya harus
bertahan hidup dengan
makan. Saya mencoba, tapi
sangat sulit," ujarnya.
tergolek lemah di ranjang
sebuah rumah sakit di Inggris.
Terdiagnosis menderita
anoreksia, harapan hidupnya
diperkirakan tersisa enam
bulan. Ia bisa bertahan hidup
hanya jika bisa memenuhi
kebutuhan nutrisinya yang
sangat buruk.
"Dokter mengatakan jika saya
tak segera bisa makan dengan
baik, enam bulan lagi mungkin
saya akan mati," kata gadis 21
tahun itu, seperti dikutip dari
laman Mirror.
Syarat sembuh terdengar
mudah: makan teratur dengan
gizi seimbang. Tapi bagi
Mallisa, makan adalah hal
paling menyiksa saat ini.
Dalam sehari, ia hanya
mampu mengasup makanan
300 kalori, dari kebutuhan
normal 2.000 kalori sehari.
"Sejak operasi lambung saya
selalu kesakitkan jika makan."
Mallisa melakukan operasi
mempersempit ukuran
lambung, 2008 silam. Ia
terpaksa melakukannya untuk
menekan risiko penyakit yang
mulai mengancam akibat
bobot tubuh yang menyentuh
215,9 kilogram. Lemak
tubuhnya mulai menekan
sejumlah organ penting.
Bahkan, ia harus memakai
masker oksigen saat tidur.
Dokter memintanya segera
menurunkan berat badan. Jika
tidak, Mallisa yang kala itu
masih 17 tahun dikhawatirkan
tak akan hidup sampai usia 18
tahun. Operasi penyempitan
lambung dilakukan sebagai
cara instan untuk menurunkan
berat badannya.
Hanya 18 bulan usai operasi
itu, berat badannya susut
139,7 kilogram. Namun,
penyusutan terjadi tanpa
kendali. Di usia 21 tahun,
bobot gadis setinggi 173
sentimeter itu hanya tersisa
50,8 kilogram dengan 15,8
kilogram bobot kulit yang
menggelambir akibat
penurunan berat badan cukup
ekstrim.
"Saya tidak tahan melihat
diriku telanjang di depan
cermin. Gelambir kulit itu
sangat membuat tubuhku
tampak berantakan," katanya.
"Saya juga sering mengalami
kram perut jika makan terlalu
banyak, tak jarang saya harus
berjalan menyeret kaki saat
kram menyerang."
Mallisa seperti keluar
kandang singa masuk ke
lubang buaya. Operasi
penyempitan lambung
mungkin telah
menyelamatkannya dari
penyakit mematikan akibat
obesitas, tapi operasi itu
mengantarnya ke siksaan baru
yang tak kalah mematikan.
Makan dalam jumlah kecil
sudah membuat perutnya
kram hebat. "Saya tidak
sengaja membuat diri sendiri
kelaparan, tapi sekarang saya
lebih memilih mati daripada
memaksakan diri untuk
makan," ujar gadis asal Selby,
North Yorkshire itu. "Saya
menyesal melakukan operasi
lambung."
Di tengah frustasi, Mallisa
harus bisa makan setidaknya
500 sampai 1.000. "Saya harus
bertahan hidup dengan
makan. Saya mencoba, tapi
sangat sulit," ujarnya.
Comments
Post a Comment
silahkan berkomentar kawan !