Gajah Mada Lahir Di Lamongan
Gajah Mada, pahlawan maha
besar Nusantara itu lahir di
wilayah Lamongan, Jawa
Timur? Menjawab pertanyaan
itu akan menimbulkan
berbagai macam jawaban,
kalau ditanyakan ke banyak
orang, namun kalau
ditanyakan kepada saya,
jawaban saya adalah Iya
Betul! Karena berbagai
macam alasan:
1. Di daerah Modo dan
sekitarnya, termasuk
Pamotan, Ngimbang, Bluluk ,
Sukorame dan sekitarnya,
tersebar folklor atau cerita
rakyat. Dongeng dari mulut
ke mulut, mengisahkan
bahwa Gajah Mada adalah
kelahiran wilayah Modo situ.
2. Daerah Modo-Ngimbang-
Pamotan-Bluluk dan
sekitarnya memang ibukota
sejak zaman Kerajaan
Kahuripan Airlangga, bahkan
anak-cucunya juga
mendirikan ibukota di situ,
karena strategis, alamnya
bergunung-gunung, bagus
untuk pertahanan, dan dekat
dengan Kali Lamong yang
merupakan cabang utama
Sungai Brantas. Sudah begitu,
ada jalan raya Kahuripan-
Tuban yang dibatasi Sungai
Bengawan Solo di pelabuhan
Bubat ( kini bernama kota
Babat ). Ibukota ini baru
digeser oleh cicit Airlangga
ke arah Kertosono-Nganjuk,
dan baru di zaman Jayabaya
digeser lagi ke Mamenang,
Kediri. Selanjutnya oleh Ken
Arok digeser masuk lagi ke
Singosari. Baru oleh Raden
Wijaya dikembalikan ke arah
muara, yaitu ke Tarik, namun
anaknya yang akan dijadikan
penggantinya, yakni Tribuana
Tunggadewi, diratukan di
daerah Lamongan-Pamotan-
Bluluk lagi, yaitu Kahuripan.
Jadi Tribuana Tunggadewi
sebelum jadi Ratu Majapahit
adalah Bre Kahuripan alias
Rani Kahuripan, Lamongan.
3. Ketika Gajah Mada
menyelamatkan Raja
Jayanegara dari amukan
pemberontak Ra Kuti,
dibawanya Jayanegara ke
arah Lamongan, yakni
Badander / bisa Badander
Bojonegoro, bisa Badander
Kabuh, Jombang, dua-duanya
rutenya ke arah Lamongan
( dalam hal ini adalah
Pamotan-Modo-Bluluk
disekitarnya ). Itu sesuai Teori
Masa Anak-anak, di mana
kalau anak kecil atau remaja
berkelahi di luar desanya,
pasti lari menyelamatkan diri
ke desanya minta dukungan,
tentu karena di desanya ada
banyak teman, kerabat
maupun guru silatnya. Saya
kira Gajah Mada juga
menerapkan taktik itu.
4. Di wilayah Ngimbang-
Bluluk sampai sekarang ada
situs kuburan Ibunda Gajah
Mada, yakni Nyai
Andongsari.
5. Di dekat situ pula ada situs
kuburan kontroversial,
karena ada kuburan yang
diyakini sebagai kuburan
Gajah Mada namun dalam
posisi"Islam", karena
kuburannya menghadap ke
arah yang persis
sebagaimana kuburan orang
Islam. Kalau misalnya hal ini
benar, maka wajar masa tua
Gajah Mada tidak ditulis di
babad-babad atau kitab
kuno, atau cenderung
disisihkan atau dihapus dari
sejarah, karena Gajah Mada
mungkin dianggap"murtad"
atau "semacam itu".
Pendapat mengenai "Gajah
Mada masuk Islam di hari
tua" ini tidak mengada-ada,
karena seorang kyai terkenal
di Jawa Timur keturunan
Sunan Drajat, yaitu KH
Ghofur dari Pondok
Pesantren Drajat, Paciran,
Lamongan menyatakan
bahwa beliau pernah
berdialog secara mistis
dengan"ruh" Gajah Mada ,
dan "ruh Gajah Mada"
menyatakan bahwa Gajah
Mada masuk Islam di hari
tuanya. Benar atau tidaknya
hanya Allah yang tahu.
besar Nusantara itu lahir di
wilayah Lamongan, Jawa
Timur? Menjawab pertanyaan
itu akan menimbulkan
berbagai macam jawaban,
kalau ditanyakan ke banyak
orang, namun kalau
ditanyakan kepada saya,
jawaban saya adalah Iya
Betul! Karena berbagai
macam alasan:
1. Di daerah Modo dan
sekitarnya, termasuk
Pamotan, Ngimbang, Bluluk ,
Sukorame dan sekitarnya,
tersebar folklor atau cerita
rakyat. Dongeng dari mulut
ke mulut, mengisahkan
bahwa Gajah Mada adalah
kelahiran wilayah Modo situ.
2. Daerah Modo-Ngimbang-
Pamotan-Bluluk dan
sekitarnya memang ibukota
sejak zaman Kerajaan
Kahuripan Airlangga, bahkan
anak-cucunya juga
mendirikan ibukota di situ,
karena strategis, alamnya
bergunung-gunung, bagus
untuk pertahanan, dan dekat
dengan Kali Lamong yang
merupakan cabang utama
Sungai Brantas. Sudah begitu,
ada jalan raya Kahuripan-
Tuban yang dibatasi Sungai
Bengawan Solo di pelabuhan
Bubat ( kini bernama kota
Babat ). Ibukota ini baru
digeser oleh cicit Airlangga
ke arah Kertosono-Nganjuk,
dan baru di zaman Jayabaya
digeser lagi ke Mamenang,
Kediri. Selanjutnya oleh Ken
Arok digeser masuk lagi ke
Singosari. Baru oleh Raden
Wijaya dikembalikan ke arah
muara, yaitu ke Tarik, namun
anaknya yang akan dijadikan
penggantinya, yakni Tribuana
Tunggadewi, diratukan di
daerah Lamongan-Pamotan-
Bluluk lagi, yaitu Kahuripan.
Jadi Tribuana Tunggadewi
sebelum jadi Ratu Majapahit
adalah Bre Kahuripan alias
Rani Kahuripan, Lamongan.
3. Ketika Gajah Mada
menyelamatkan Raja
Jayanegara dari amukan
pemberontak Ra Kuti,
dibawanya Jayanegara ke
arah Lamongan, yakni
Badander / bisa Badander
Bojonegoro, bisa Badander
Kabuh, Jombang, dua-duanya
rutenya ke arah Lamongan
( dalam hal ini adalah
Pamotan-Modo-Bluluk
disekitarnya ). Itu sesuai Teori
Masa Anak-anak, di mana
kalau anak kecil atau remaja
berkelahi di luar desanya,
pasti lari menyelamatkan diri
ke desanya minta dukungan,
tentu karena di desanya ada
banyak teman, kerabat
maupun guru silatnya. Saya
kira Gajah Mada juga
menerapkan taktik itu.
4. Di wilayah Ngimbang-
Bluluk sampai sekarang ada
situs kuburan Ibunda Gajah
Mada, yakni Nyai
Andongsari.
5. Di dekat situ pula ada situs
kuburan kontroversial,
karena ada kuburan yang
diyakini sebagai kuburan
Gajah Mada namun dalam
posisi"Islam", karena
kuburannya menghadap ke
arah yang persis
sebagaimana kuburan orang
Islam. Kalau misalnya hal ini
benar, maka wajar masa tua
Gajah Mada tidak ditulis di
babad-babad atau kitab
kuno, atau cenderung
disisihkan atau dihapus dari
sejarah, karena Gajah Mada
mungkin dianggap"murtad"
atau "semacam itu".
Pendapat mengenai "Gajah
Mada masuk Islam di hari
tua" ini tidak mengada-ada,
karena seorang kyai terkenal
di Jawa Timur keturunan
Sunan Drajat, yaitu KH
Ghofur dari Pondok
Pesantren Drajat, Paciran,
Lamongan menyatakan
bahwa beliau pernah
berdialog secara mistis
dengan"ruh" Gajah Mada ,
dan "ruh Gajah Mada"
menyatakan bahwa Gajah
Mada masuk Islam di hari
tuanya. Benar atau tidaknya
hanya Allah yang tahu.
Comments
Post a Comment
silahkan berkomentar kawan !