Mimpi Buruk Bioskop Indonesia
Alkisah, di masa depan yang
tak terlalu jauh, dua sahabat
sedang ngopi-ngopi di sebuah
kafe. Hari Jumat sudah berlalu,
akhir pekan tiba, dan mereka
tak ada rencana malam itu. Mas
Eksmud berpikir untuk
mengajak Mbak Karir ke
bioskop saja, terlalu pagi untuk
clubbing. Ia melontarkan
idenya.
"Rir, gimana kalau kita nonton
aja." Mbak Karir tersenyum,
akhirnya diajak nonton juga.
"Ih, tumben ngajak aku nonton,
Mud. Emang kamu mau
nontonnya apa ?" Ah, sepertinya
ajakan ini tepat. Mas Eksmud
sebetulnya belum tahu ada film
apa di bioskop, jadi ia berpikir
akan menurut saja akan pilihan
si mbak. Mereka pun mulai
membahas.
"Terserah kamu aja Rir,
pokoknya yang kamu suka."
"Bener yaaa, coba aku cek
jadwal bioskop hari ini." Mbak
Karir langsung membuka situs
informasi bioskop lewat
smartphone nya. Iya dong,
sekarang saja semua begitu,
apalagi ini kan ceritanya di
masa depan. Sekejap pun
muncul di layar, daftar film
yang diputar di bioskop mal
kelas menengah atas di mana
kafe itu berada.
"Kita nonton yang sorean kan,
Mud? Aku males kalau yang
kemaleman ".
"Boleh, terserah kamu aja." "Ini
yang jam 7-an ya… Cinta Putri
6, Permaisuri Yang Tertukar 5,
Spider-Gadis 2, sama Godaan
Alien Sexy. " Selamat datang di
masa depan. Ceritanya, sejak
film import dikenakan pajak
royalti yang baru oleh
pemerintah, perlahan-lahan
film asing berkurang dari layar
bioskop sampai akhirnya nyaris
tak ada. Dan akhirnya, bioskop
mulai menayangkan sinetron,
ya, produksi sinetron yang
dipaksakan untuk bioskop.
Absurd ya? Biarin aja, ini kan
khayalan saya. Kembali ke
kafe, Mas Eksmud berpikir
sejenak akan pilihannya.
"Hmm… Aku nggak ngikutin
Cinta Putri. Permaisuri udah
nonton. Spider-Gadis ini yang
mana sih ya, Rir ?" "Itu, Mud,
yang main si Shinohara.
Ceritanya superhero gitu deh."
"Wah, cakep tuh." "Dasar,
begitu cewek berbaju ketat,
aja, mau kamunya. Nggak mood
ah. ".
"Ya mood-nya apa dong, ya aku
ngikut aja Rir.".
"Lagi pengen nonton film yang
agak berat gitu.".
Film yang "agak berat".
Sangar.
"Weits, keren bener nih, pengen
nonton yang berat-berat."
"Sekali-sekali, Mud. Buat
variasi, kan bosen juga nonton
yang hiburan cetek. " "Hahaha
setuju, sip lah Rir. Sekali-sekali
nonton yang agak 'nyeni' gitu.
Yuk." "Asiiik… Kita ke bioskop
sekarang ya, filmnya 1 jam
lagi. " Keduanya langsung
beranjak dan bersiap pergi ke
bioskop. Mas Eksmud seperti
berpikir sejenak.
"Dulu, film kita kadang masih
ada ya yang kualitasnya diakui
dunia. Sekarang nggak ada lagi
yang kayak dulu ya, Rir. " "Ya
dulu aja langka, sekarang masih
ada film serius begini aja udah
sukur. " Iya, Mas Eksmud
berpikir. Dulu pun kalau ada
film yang bisa menembus dan
dapat penghargaan di luar
negeri itu pun karena
produsernya sendiri yang niat
membiayai sendiri. Sekarang
mungkin mereka sudah kapok.
"Apa tadi, judulnya? Aku lupa."
"Godaan Alien Sexy." "Ah iya.
Kedengarannya menjanjikan,
old school gitu. " Tampaknya di
masa depan dunia khayalan ini
sudah semakin absurd dan
terbolak-balik. Ya, ini memang
cuma mimpi buruk yang lebay.
Jadi terpikir setelah melihat
pembahasan yang baru
berkembang tentang pajak
royalti akan film import dan
gosip kemungkinan produsen
film AS memboikot eksport ke
Indonesia. Yah, jadi sekedar
berkhayal, seperti apa bioskop
kita andai produksi film
nasional akhirnya koma dan
film import tidak ada.
tak terlalu jauh, dua sahabat
sedang ngopi-ngopi di sebuah
kafe. Hari Jumat sudah berlalu,
akhir pekan tiba, dan mereka
tak ada rencana malam itu. Mas
Eksmud berpikir untuk
mengajak Mbak Karir ke
bioskop saja, terlalu pagi untuk
clubbing. Ia melontarkan
idenya.
"Rir, gimana kalau kita nonton
aja." Mbak Karir tersenyum,
akhirnya diajak nonton juga.
"Ih, tumben ngajak aku nonton,
Mud. Emang kamu mau
nontonnya apa ?" Ah, sepertinya
ajakan ini tepat. Mas Eksmud
sebetulnya belum tahu ada film
apa di bioskop, jadi ia berpikir
akan menurut saja akan pilihan
si mbak. Mereka pun mulai
membahas.
"Terserah kamu aja Rir,
pokoknya yang kamu suka."
"Bener yaaa, coba aku cek
jadwal bioskop hari ini." Mbak
Karir langsung membuka situs
informasi bioskop lewat
smartphone nya. Iya dong,
sekarang saja semua begitu,
apalagi ini kan ceritanya di
masa depan. Sekejap pun
muncul di layar, daftar film
yang diputar di bioskop mal
kelas menengah atas di mana
kafe itu berada.
"Kita nonton yang sorean kan,
Mud? Aku males kalau yang
kemaleman ".
"Boleh, terserah kamu aja." "Ini
yang jam 7-an ya… Cinta Putri
6, Permaisuri Yang Tertukar 5,
Spider-Gadis 2, sama Godaan
Alien Sexy. " Selamat datang di
masa depan. Ceritanya, sejak
film import dikenakan pajak
royalti yang baru oleh
pemerintah, perlahan-lahan
film asing berkurang dari layar
bioskop sampai akhirnya nyaris
tak ada. Dan akhirnya, bioskop
mulai menayangkan sinetron,
ya, produksi sinetron yang
dipaksakan untuk bioskop.
Absurd ya? Biarin aja, ini kan
khayalan saya. Kembali ke
kafe, Mas Eksmud berpikir
sejenak akan pilihannya.
"Hmm… Aku nggak ngikutin
Cinta Putri. Permaisuri udah
nonton. Spider-Gadis ini yang
mana sih ya, Rir ?" "Itu, Mud,
yang main si Shinohara.
Ceritanya superhero gitu deh."
"Wah, cakep tuh." "Dasar,
begitu cewek berbaju ketat,
aja, mau kamunya. Nggak mood
ah. ".
"Ya mood-nya apa dong, ya aku
ngikut aja Rir.".
"Lagi pengen nonton film yang
agak berat gitu.".
Film yang "agak berat".
Sangar.
"Weits, keren bener nih, pengen
nonton yang berat-berat."
"Sekali-sekali, Mud. Buat
variasi, kan bosen juga nonton
yang hiburan cetek. " "Hahaha
setuju, sip lah Rir. Sekali-sekali
nonton yang agak 'nyeni' gitu.
Yuk." "Asiiik… Kita ke bioskop
sekarang ya, filmnya 1 jam
lagi. " Keduanya langsung
beranjak dan bersiap pergi ke
bioskop. Mas Eksmud seperti
berpikir sejenak.
"Dulu, film kita kadang masih
ada ya yang kualitasnya diakui
dunia. Sekarang nggak ada lagi
yang kayak dulu ya, Rir. " "Ya
dulu aja langka, sekarang masih
ada film serius begini aja udah
sukur. " Iya, Mas Eksmud
berpikir. Dulu pun kalau ada
film yang bisa menembus dan
dapat penghargaan di luar
negeri itu pun karena
produsernya sendiri yang niat
membiayai sendiri. Sekarang
mungkin mereka sudah kapok.
"Apa tadi, judulnya? Aku lupa."
"Godaan Alien Sexy." "Ah iya.
Kedengarannya menjanjikan,
old school gitu. " Tampaknya di
masa depan dunia khayalan ini
sudah semakin absurd dan
terbolak-balik. Ya, ini memang
cuma mimpi buruk yang lebay.
Jadi terpikir setelah melihat
pembahasan yang baru
berkembang tentang pajak
royalti akan film import dan
gosip kemungkinan produsen
film AS memboikot eksport ke
Indonesia. Yah, jadi sekedar
berkhayal, seperti apa bioskop
kita andai produksi film
nasional akhirnya koma dan
film import tidak ada.
Comments
Post a Comment
silahkan berkomentar kawan !