Kesaksian Seorang Kader PKS
Sumber :
ajaran.wordpress.com
Februari 26, 2009 — Ajar
Testimoni ini ditulis oleh seorang
mantan kader PKS dari UI
bernama
Arbania Fitriani sebagai “note”
pribadi di facebook. Yang
menyentuh saya
adalah kritik arbania terhadap
doktrin PKS yg ia anggap sama
sekali tak
manusiawi, padahal, pada
ideolog ikhwanul muslimin yg
menjadi inspirasi
gerakan tarbiyah/PKS selalu
gembar-gembor bahwa Islam
(maksud Islam
sebagaimana ditafsirkan dalam
kerangka ideologi mereka)
adalah agama yg
“ waqi’i”, dan “waqi’iyyah” (sikap
realistis thp kebutuhan alamiah
manusia) sebagai prinsip utama
dalam doktrin dan dakwah
Islam. Tapi
benarkah demikian? Selamat
Membaca!
Benarkah PKS Pro Rakyat
Indonesia?
A TESTIMONY FROM EX PKS
CADRE
Pertama-tama, saya menuliskan
pengalaman saya ini tidak untuk
menjatuhkan atau menjelek-
jelekkan salah satu partai besar
di Indonesia.
Saya hanya ingin berbagi
pengalaman untuk menjadi
bahan renungan para
pembaca agar dapat lebih
mengenal PKS dari dalam.
Tulisan ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat mengenal PKS
secara
objektif, agar rakyat Indonesia
mengetahui apakah PKS benar-
benar
mengusung kepentingan rakyat
Indonesia atau justru sedang
mengkhianati
masyarakat dan para kadernya
sendiri dengan sentimen
keagamaan serta
jargon sebagai partai bersih.
Sayangnya, banyak masyarakat
dan
orang-orang di dalam tubuh PKS
ini pun tidak menyadarinya.
Bagian tersebut akan saya
jelaskan secara singkat di akhir
cerita
saya, dan sekarang saya ingin
berbagi dulu kepada para
pembaca mengenai
sistem pengkaderan PKS yang
sangat canggih dan sistematis
sehingga dalam
waktu singkat membuatnya
menjadi partai besar.
Saya waktu mahasiswa adalah
kader PKS mulai dari ‘am sirriyah
sampai
ke ‘am jahriyah. Mulai dari saya
masih sembunyi-sembunyi dalam
berdakwah, sampai ke fase
dakwah secara terang-terangan,
sejak PKS masih
bernama PK sampai kemudian
menjadi PKS.
Dalam struktur pengkaderan
PKS di kampus, ada beberapa
lingkaran,
yakni lingkaran inti yang disebut
majelis syuro ’ah (MS), lingkaran
ke
dua yakni majelis besar (MB),
dan lingkaran tiga yang menjadi
corong
dakwah seperti senat (BEM),
BPM (MPM), dan lembaga
kerohanian islam.
Jenjangnya adalah mulai dari
lembaga dakwah tingkat jurusan,
fakultas,
sampai ke universitas. Jika di
universitas tersebut terdapat
asrama dan
punya kegiatan kemahasiswaan,
maka di sana pun pasti ada
struktur
seperti yang telah saya
terangkan.
Universitas biasanya akan
berhubungan dengan PKS terkait
perkembangan
politik kampus maupun
perkembangan politik nasional.
Dari sanalah basis
PKS dalam melakukan
pergerakan-pergerakan politik
dalam negeri atas
nama mahasiswa baik itu yang
berwujud demonstrasi ataupun
pergerakan
lainnya. Sistem pergerakan,
pengkaderan, dan struktur
lingkaran yang
terjadi di dunia kampus sama
persis dengan yang terjadi di
tingkat
nasional.
Kembali ke dalam struktur
lingkaran PKS di kampus, orang-
orang yang
duduk di MS jumlahnya biasanya
tidak banyak dan orang-
orangnya adalah
orang-orang yang terpilih.
Kebanyakan yang menjadi
anggota MS adalah
mahasiswa yang memang sudah
di kader sejak SMU. Tapi tidak
banyak juga
yang berhasil masuk ke dalam
MS dari orang-orang yang telah
dikader pada
saat kuliah. Saya termasuk orang
yang masuk ke dalam lingkaran
MS yang
baru di kader pada saat kuliah
dan menduduki posisi sebagai
mas ’ulah di
asrama UI sehingga saya punya
akses langsung untuk berdiskusi
dengan
mas ’ulah tingkat universitas. Dari
sini juga saya akhirnya banyak
tahu
sistem dalam PKS meskipun saya
pada tingkat fakultas hanya
masuk sampai
tingkat MB.
Dalam MS dan MB memiliki
mas ’ul (pemimpin untuk anggota
ikhwan) dan
mas ’ulah (pemimpin untuk
anggota akhwat). Masing-masing
mas ’ul (ah) ini
membawahi MS secara
keseluruhan dan ada juga mas’ul
(ah) yang membawahi
sayap-sayap dakwah yakni sayap
tarbiyah (mengurusi
pengkaderan khusus
untuk ikhwah seperti pemetaan
liqoat, materi liqoat, dll), sayap
syiar
(mengurusi syiar islam khususnya
dalam lembaga kerohanian
formal dan
menjaring kader baru), dan
sayap sosial & politik (mengurusi
dakwah
dalam bidang lembaga formal
kampus yakni BEM dan MPM).
Di lingkaran ke dua adalah
majelis besar, anggotanya adalah
ikhwah
yang sudah di kader juga dan
tinggal menerima keputusan dari
MS untuk
dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah
tink-tank dari seluruh kegiatan
yang
terjadi di kampus. Apabila kader
PKS duduk sebagai ketua BEM/
Senat atau
MPM/BPM, maka semua
kegiatannya harus mendapat ijin
dari MS dan memang
biasanya berbagai agenda di
BEM/Senat dan MPM/BPM ini
dibuat oleh MS.
Bagaimana sistem pengkaderan
PKS itu sendiri? Bagaimana PKS
mengubah
seorang menjadi kader yang
militant? Jalan pertama adalah
menguasai
Senat, BEM, BPM, dan MPM.
Apabila lembaga formal ini
sudah dikuasai maka
akan mudah untuk membuat
kebijakan terutama pada masa
penerimaan
mahasiswa baru.
Saat orientasi Mahasiswa baru
biasanya mereka akan dibentuk
kelompok
kecil (halaqah) dan ikhwah PKS
akan berperan sebagai mentor.
Kegiatan
ini akan berlanjut rutin selama
masa perkuliahan di mana
halaqah ini
akan berkumpul 1 minggu sekali.
Dari sinilah biasanya akan
terjaring
orang-orang yang kemudian
akan menjadi ikhwah militan,
bahkan orang yang
sebelumnya tidak pakai jilbab
dan sangat gaul bisa menjadi
seorang
akhwat yang sangat pemalu
namun juga sangat militan.
Agenda utama kami adalah
membentuk Manhaj Islamiyah di
Indonesia
menuju Daulah Islamiyah (mirip
dengan sistem Khilafah Islamiyah
dari
HTI). Doktrin utama dalam
sistem jamaah PKS yang juga
menamakan dirinya
sebagai jamaah Ikhwanul
Muslimin ini adalah “nahnu du’at
qobla kulli
sya ’I” dan “sami’na wa ata’na”.
Dua doktrin inilah yang
membuat kami
semua menjadi orang yang
sangat loyal dan militan. Setiap
instruksi yang
diberikan dari mas ’ul(ah)
ataupun murabbi(ah) kami akan
kami pasti
patuhi meskipun kami tidak
benar-benar paham tujuannya.
Seperti
menyumbang, mengikuti
demonstrasi, meskipun harus
bolos kuliah, dll.
Selama saya aktif di pergerakan
ini, saya melihat banyak sekali
teman-teman saya yang berhenti
menjadi Aktivis Dakwah Kampus
(ADK). Dulu
saya merasa kasihan dengan
mereka, karena yang saya tahu –
diberitahu
oleh murabbi kami dan juga
seringkali dibahas dalam taujih
atau tausiyah
(semacam kultum) – bahwa
dalam jalan dakwah ini selalu
akan ada
orang-orang yang terjatuh di
jalan dakwah, mereka adalah
orang-orang
futur (berbalik ke belakang).
Orang-orang ini biasanya kami
label sebagai anggota
“ basah” (barisan
sakit hati). Saya mempercayai
semuanya sampai akhirnya saya
pun merasa
tidak cocok lagi untuk berada di
sana dan memutuskan untuk
keluar dari
ADK padahal saya dulu sudah
diproyeksikan sebagai ADK abadi
(orang yang
akan menjadi aktivis dakwah
kampus selamanya dengan cara
menjadi dosen
atau karyawan tetap di kampus).
Ada beberapa alasan yang
membuat saya mengambil
keputusan untuk
keluar, antara lain:
Adanya ekslusivisme antara kami
para ADK dengan orang-orang
diluar
ADK. Kami para ADK adalah
orang-orang khos (orang
khusus) dan mereka
adalah adalah orang ’amah
(orang umum). Orang khos
adalah orang yang
sudah mengikuti tarbiyah dan
mengikuti liqo ’at (semacam
halaqah tapi
lebih khusus lagi) dan orang
’ amah adalah orang yang belum
mengenal
tarbiyah.
Para ikhwah, terutama para
ADK, tidak akan mau menikah
dengan ’amah
karena mereka dapat membuat
orang khos seperti kami menjadi
future,
bahkan bisa membuat kami
terlempar dari jalan dakwah.
Istilah khos dan
a’amah ini membuat saya merasa
tidak natural dan
tidaknmanusiawi dalam
menghadapi teman saya yang
’ amah.
Saya diajarkan bahwa mereka
adalah mad ’u (objek dakwah)
saya. Jika
saya bisa menarik mereka ke
dalam sistem kami apalagi bisa
menjadi ADK,
maka kami akan mendapat
pahala yang sangat besar. Saya
merasa menjadi
berdagang dengan teman saya
yang dulunya sebelum menjadi
ADK adalah
sahabat saya. Saya merasa tidak
memanusiakan teman saya dan
lebih
memandang mereka sebagai
objek dakwah.
Dalam liqo ’at ataupun dauroh
saya juga ada beberapa hal yang
membuat
saya tidak sreg, seperti bahwa
saya harus lebih mengutamakan
liqo ’at
daripada kepentingan orang tua
dan keluarga saya. Bahkan saya
pernah
diberitahu bahwa bila sudah ada
panggilan liqo ’at, mski orang tua
saya
sakit dan harus menjaganya,
maka saya harus tetap datang
liqo (entah
mengapa selama beberapa
tahun saya bisa menerima
konsep yang kurang
manusiawi ini).
Hal lain adalah saya tidak boleh
mengikuti kajian di luar liqo saya,
padahal setahu saya bahwa
kebenaran itu tidak hanya milik
liqo saya,
masih banyak sekali kebenaran
di luar sana. Bahkan buku
bacaan pun
diatur dimana ada banyak buku
yang saya sangat berguna untuk
menambah
wawasan keislaman saya seperti
buku yang mengajarkan tentang
hakikat
islam namun oleh murabbi saya
dilarang. Untuk hal ini saya
membangkang
karena seandainya islam itu
memang benar rahmatan lil
alamin maka
ilmunya pun pasti sangat luas
dan tidak hanya monopoli
orang-orang di
PKS semata.
Dan hal yang paling mengusik
saya adalah selama saya mengaji
di liqo
ataupun mengikuti taujih dan
taushiyah dalam syuro ataupun
dauroh-dauroh
(training) saya merasa lebih
banyak diajarkan tentang
kebencian
terhadap agama atau aliran lain
seperti bagaimana kejamnya
kaum nashoro
(nasrani) yang membantai
saudara kami di Poso, yahudi
yang membantai
saudara kami di Palestina, JIL
yang memusuhi kami, NII yang
sesat,
teman-teman Salafi yang
mengganggu kami, dst. Sampai-
sampai, akibat
begitu terinternalisasinya hal
tersebut, ketika saya mengikuti
tarbiyah
universitas dan sedang makan
siang, saya dan teman-teman
menganggap yang
sedang kami makan dan telan itu
adalah orang-orang yahudi dan
nashoro.
Doa-doa kami pun selalu secara
khusus ketika qunut adalah
untuk
mujahid-mujahid di Palestina dan
Afganistan (kadang saya berpikir
kapan
kita berdoa untuk pahlawan
perjuangan di Indonesia yang
telah
menghadiahkan kemerdekaan
terhadap kita). Sejujurnya saya
lebih
tersentuh dan bisa menangis
tersedu-sedu ketika dibacakan
ayat-ayat
seperti dalam surat Ar-Rahman
yang menceritakan Cinta-Ilahi
ketimbang
surah seperti Al-Qiyamah yang
menceritakan azabNya.
Kebencian sangat bertentangan
dengan hati nurani saya karena
saya
sangat percaya dengan ayat yang
mengatakan bahwa rahmat Allah
SWT lebih
cepat dari murkaNya, yang
artinya cinta Allah SWT
seharusnya dapat
menghapus kemarahanNya
terhadap umat manusia. Inilah
sebabnya mengapa di
sini hati saya merasa sangat
kering saat mengikuti tausiyah
dan taujih
yang senantiasa bercerita
tentang peperangan dan
kebencian.
Semua ganjalan-ganjalan yang
saya rasakan akhirnya meledak
ketika
saya kemudian tahu dari sumber
yang terpercaya dalam
pemerintahan, juga
dari petinggi PKS sendiri, tentang
agenda yang tidak pernah saya
ketahui
sebelumnya dan pastinya juga
tidak diketahui oleh orang-orang
se-level
saya atau bahkan pun pengurus
inti PKS.
Agenda utama PKS adalah
menghancurkan budaya
Indonesia melalui invasi
budaya Arab Saudi. Banyak
sekali indikasi yang saya rasakan
langsung
pada saat menjadi ADK seperti
upaya kami untuk menghalang-
halangi acara
seni, budaya, musik, dll. Hingga
berbagai upaya kami agar bisa
memboikot
mata kuliah ilmu budaya dasar
(IBD). Saya ingat dulu, karena
saya
begitu termakan doktrin bahwa
mata kuliah IBD tidak berguna
dan bisa
melemahkan iman saya seringkali
membolos kalau ada latihan
menari sampai
saya sempat dibenci teman-
teman saya.
Kembali kepada agenda PKS ini
sebagai perpanjangan tangan
dari
Kerajaan Saudi tujuan utamanya
adalah agar kekuasaan Arab bisa
mencapai
indonesia mengingat satu-
satunya sumber devisa Arab
adalah minyak yang
diperkirakan akan habis pada
tahun 2050 dan melalui jamaah
haji.
Indonesia adalah negara yang
sangat kaya sumber daya alam
dan
merupakan umat muslim
terbesar di dunia. Bahkan jika
seluruh umat muslim
di timur tengah disatukan, umat
muslim Indonesia masih jauh
lebih
banyak. Untuk itu, agar dapat
bertahan secara ekonomi, maka
Arab Saudi
harus bisa merebut Indonesia
dan cara yang paling jitu adalah
melalui
invasi kebudayaan.
Islam dibuat menjadi satu
dengan kebudayaan Arab,
sehingga budaya
Arab akan dianggap Islam oleh
masyarakat Indonesia yang relatif
masih
kurang terdidik dan secara
emosional masih sangat fanatik
terhadap
agama.
Ketika kebudayaan lokal sudah
bisa dihilangkan dan kebudayaan
Arab
yang disamarkan sebagai Islam
dapat berkuasa, maka orang-
orang akan
menjadi begitu fanatik buta
bahkan fundamentalis dan tidak
bisa lagi
mengapresiasi agama lain dan
budaya lokal. Lalu, bila
kebudayaan
Nusantara sudah sampai
dianggap musyrik atau bid’ah,
maka saat itulah
NKRI akan bubar. Orang-orang
yang pulaunya dihuni oleh
mayoritas non
muslim atau yang masih
memegang budaya lokal di
indonesia akan meminta
merdeka. Pulau-pulau di
Indonesia akan terpecah belah
dan pada saat
itulah orang-orang ini akan bagi-
bagi “kue”.
Peta rencanaya adalah bagian
pulau di Indonesia yang
mayoritas Islam
akan dikuasai oleh Arab.
Sedangkan daerah yang
penduduknya mayoritas
kristen akan dikuasai oleh
Amerika. Lalu, daerah-daerha
yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu,
Buddha, Animisme, dll., akan
dikuasai oleh
Cina.
Tidak banyak orang PKS yang
tahu soal ini, hanya segelintir saja
yang
memahaminya. Mereka
menduduki posisi-posisi strategis
dalam
pemerintahan agar dapat lebih
memudahkan agendanya.
Sentimen keagamaan
terus dipakai untuk meraih
simpati masyarakat. Sehingga
berbagai produk
kebijakan seperti Perda Syariat,
UU APP, dll. yang rata-rata
hanya
sekedar mengurus masalah cara
berpakaian semata akan dengan
bangganya
diterima oleh masyarakat muslim
yang naif sebagai keberhasilan
Islam.
Masyarakat kita lupa bahwa
sampai saat ini PKS belum
menghasilkan produk
yang dapat memajukan ekonomi,
menyelesaikan permasalahan
kesehatan,
pendidikan, pencegahan
bencana alam, korupsi,
trafficking, tayangan TV
yang semakin memperbodoh
masyarakat, dan permasalahan
lain yang lebih
riil dan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita ketimbang
sekedar
mengatur cara orang dewasa
berpakaian dan berperilaku.
Jangan terburu-buru apriori dan
menganggap tulisan mengenai
pengalaman saya ini adalah
black campaign. Renungkan
dengan hati nurani
yang dalam. Tidak ada
kepentingan saya selain hanya
menyampaikan
kebenaran.
Saya tahu resiko apa yang ada di
hadapan saya dan siapa yang
saya
hadapi. Tapi saya lebih takut
menjadi bagian dari orang yang
zalim,
karena tahu kebenaran, namun
tidak bersuara. Rasa cinta saya
bagi negeri
yang sudah memberi saya
kehidupan ini menutupi rasa
takut saya. Saya
yakin siapa yang berjalan dalam
kebenaran maka kebenaran
akan
melindunginya.
Buat rekan saya, murabbi saya,
sahabat-sahabat saya dulu
sesama
ikhwah, saya mencintai kalian
semua dan akan terus mencintai
kalian.
Saya berharap, persaudaraan
kita tetap terjalin karena
bukanlah partai
atau agama yang
mempersaudarakan kita, tapi
karena kita satu umat
manusia, anak cucu Adam. Kalau
bahasa teman saya, kita menjadi
saudara
karena kita menghirup udara
yang sama, makanya kita disebut
“ sa-udara”.Semoga pengalaman
saya ini dapat menjadi bahan
renungan para
jamaah “fesbukiyah” dalam
menentukan pilihan pemimpin
yang akan membawa
kapal Indonesia menuju
masyarakat yang bahagia,
makmur dan sentosa, yang
memiliki jati diri dan menghargai
kebudayaan nusantara.
Wallahu A ’lam Bis-Shawab
Wallahul Musta’an.
Tulisan disadur langsung dari
Indonesian Community on
Multiply
ajaran.wordpress.com
Februari 26, 2009 — Ajar
Testimoni ini ditulis oleh seorang
mantan kader PKS dari UI
bernama
Arbania Fitriani sebagai “note”
pribadi di facebook. Yang
menyentuh saya
adalah kritik arbania terhadap
doktrin PKS yg ia anggap sama
sekali tak
manusiawi, padahal, pada
ideolog ikhwanul muslimin yg
menjadi inspirasi
gerakan tarbiyah/PKS selalu
gembar-gembor bahwa Islam
(maksud Islam
sebagaimana ditafsirkan dalam
kerangka ideologi mereka)
adalah agama yg
“ waqi’i”, dan “waqi’iyyah” (sikap
realistis thp kebutuhan alamiah
manusia) sebagai prinsip utama
dalam doktrin dan dakwah
Islam. Tapi
benarkah demikian? Selamat
Membaca!
Benarkah PKS Pro Rakyat
Indonesia?
A TESTIMONY FROM EX PKS
CADRE
Pertama-tama, saya menuliskan
pengalaman saya ini tidak untuk
menjatuhkan atau menjelek-
jelekkan salah satu partai besar
di Indonesia.
Saya hanya ingin berbagi
pengalaman untuk menjadi
bahan renungan para
pembaca agar dapat lebih
mengenal PKS dari dalam.
Tulisan ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat mengenal PKS
secara
objektif, agar rakyat Indonesia
mengetahui apakah PKS benar-
benar
mengusung kepentingan rakyat
Indonesia atau justru sedang
mengkhianati
masyarakat dan para kadernya
sendiri dengan sentimen
keagamaan serta
jargon sebagai partai bersih.
Sayangnya, banyak masyarakat
dan
orang-orang di dalam tubuh PKS
ini pun tidak menyadarinya.
Bagian tersebut akan saya
jelaskan secara singkat di akhir
cerita
saya, dan sekarang saya ingin
berbagi dulu kepada para
pembaca mengenai
sistem pengkaderan PKS yang
sangat canggih dan sistematis
sehingga dalam
waktu singkat membuatnya
menjadi partai besar.
Saya waktu mahasiswa adalah
kader PKS mulai dari ‘am sirriyah
sampai
ke ‘am jahriyah. Mulai dari saya
masih sembunyi-sembunyi dalam
berdakwah, sampai ke fase
dakwah secara terang-terangan,
sejak PKS masih
bernama PK sampai kemudian
menjadi PKS.
Dalam struktur pengkaderan
PKS di kampus, ada beberapa
lingkaran,
yakni lingkaran inti yang disebut
majelis syuro ’ah (MS), lingkaran
ke
dua yakni majelis besar (MB),
dan lingkaran tiga yang menjadi
corong
dakwah seperti senat (BEM),
BPM (MPM), dan lembaga
kerohanian islam.
Jenjangnya adalah mulai dari
lembaga dakwah tingkat jurusan,
fakultas,
sampai ke universitas. Jika di
universitas tersebut terdapat
asrama dan
punya kegiatan kemahasiswaan,
maka di sana pun pasti ada
struktur
seperti yang telah saya
terangkan.
Universitas biasanya akan
berhubungan dengan PKS terkait
perkembangan
politik kampus maupun
perkembangan politik nasional.
Dari sanalah basis
PKS dalam melakukan
pergerakan-pergerakan politik
dalam negeri atas
nama mahasiswa baik itu yang
berwujud demonstrasi ataupun
pergerakan
lainnya. Sistem pergerakan,
pengkaderan, dan struktur
lingkaran yang
terjadi di dunia kampus sama
persis dengan yang terjadi di
tingkat
nasional.
Kembali ke dalam struktur
lingkaran PKS di kampus, orang-
orang yang
duduk di MS jumlahnya biasanya
tidak banyak dan orang-
orangnya adalah
orang-orang yang terpilih.
Kebanyakan yang menjadi
anggota MS adalah
mahasiswa yang memang sudah
di kader sejak SMU. Tapi tidak
banyak juga
yang berhasil masuk ke dalam
MS dari orang-orang yang telah
dikader pada
saat kuliah. Saya termasuk orang
yang masuk ke dalam lingkaran
MS yang
baru di kader pada saat kuliah
dan menduduki posisi sebagai
mas ’ulah di
asrama UI sehingga saya punya
akses langsung untuk berdiskusi
dengan
mas ’ulah tingkat universitas. Dari
sini juga saya akhirnya banyak
tahu
sistem dalam PKS meskipun saya
pada tingkat fakultas hanya
masuk sampai
tingkat MB.
Dalam MS dan MB memiliki
mas ’ul (pemimpin untuk anggota
ikhwan) dan
mas ’ulah (pemimpin untuk
anggota akhwat). Masing-masing
mas ’ul (ah) ini
membawahi MS secara
keseluruhan dan ada juga mas’ul
(ah) yang membawahi
sayap-sayap dakwah yakni sayap
tarbiyah (mengurusi
pengkaderan khusus
untuk ikhwah seperti pemetaan
liqoat, materi liqoat, dll), sayap
syiar
(mengurusi syiar islam khususnya
dalam lembaga kerohanian
formal dan
menjaring kader baru), dan
sayap sosial & politik (mengurusi
dakwah
dalam bidang lembaga formal
kampus yakni BEM dan MPM).
Di lingkaran ke dua adalah
majelis besar, anggotanya adalah
ikhwah
yang sudah di kader juga dan
tinggal menerima keputusan dari
MS untuk
dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah
tink-tank dari seluruh kegiatan
yang
terjadi di kampus. Apabila kader
PKS duduk sebagai ketua BEM/
Senat atau
MPM/BPM, maka semua
kegiatannya harus mendapat ijin
dari MS dan memang
biasanya berbagai agenda di
BEM/Senat dan MPM/BPM ini
dibuat oleh MS.
Bagaimana sistem pengkaderan
PKS itu sendiri? Bagaimana PKS
mengubah
seorang menjadi kader yang
militant? Jalan pertama adalah
menguasai
Senat, BEM, BPM, dan MPM.
Apabila lembaga formal ini
sudah dikuasai maka
akan mudah untuk membuat
kebijakan terutama pada masa
penerimaan
mahasiswa baru.
Saat orientasi Mahasiswa baru
biasanya mereka akan dibentuk
kelompok
kecil (halaqah) dan ikhwah PKS
akan berperan sebagai mentor.
Kegiatan
ini akan berlanjut rutin selama
masa perkuliahan di mana
halaqah ini
akan berkumpul 1 minggu sekali.
Dari sinilah biasanya akan
terjaring
orang-orang yang kemudian
akan menjadi ikhwah militan,
bahkan orang yang
sebelumnya tidak pakai jilbab
dan sangat gaul bisa menjadi
seorang
akhwat yang sangat pemalu
namun juga sangat militan.
Agenda utama kami adalah
membentuk Manhaj Islamiyah di
Indonesia
menuju Daulah Islamiyah (mirip
dengan sistem Khilafah Islamiyah
dari
HTI). Doktrin utama dalam
sistem jamaah PKS yang juga
menamakan dirinya
sebagai jamaah Ikhwanul
Muslimin ini adalah “nahnu du’at
qobla kulli
sya ’I” dan “sami’na wa ata’na”.
Dua doktrin inilah yang
membuat kami
semua menjadi orang yang
sangat loyal dan militan. Setiap
instruksi yang
diberikan dari mas ’ul(ah)
ataupun murabbi(ah) kami akan
kami pasti
patuhi meskipun kami tidak
benar-benar paham tujuannya.
Seperti
menyumbang, mengikuti
demonstrasi, meskipun harus
bolos kuliah, dll.
Selama saya aktif di pergerakan
ini, saya melihat banyak sekali
teman-teman saya yang berhenti
menjadi Aktivis Dakwah Kampus
(ADK). Dulu
saya merasa kasihan dengan
mereka, karena yang saya tahu –
diberitahu
oleh murabbi kami dan juga
seringkali dibahas dalam taujih
atau tausiyah
(semacam kultum) – bahwa
dalam jalan dakwah ini selalu
akan ada
orang-orang yang terjatuh di
jalan dakwah, mereka adalah
orang-orang
futur (berbalik ke belakang).
Orang-orang ini biasanya kami
label sebagai anggota
“ basah” (barisan
sakit hati). Saya mempercayai
semuanya sampai akhirnya saya
pun merasa
tidak cocok lagi untuk berada di
sana dan memutuskan untuk
keluar dari
ADK padahal saya dulu sudah
diproyeksikan sebagai ADK abadi
(orang yang
akan menjadi aktivis dakwah
kampus selamanya dengan cara
menjadi dosen
atau karyawan tetap di kampus).
Ada beberapa alasan yang
membuat saya mengambil
keputusan untuk
keluar, antara lain:
Adanya ekslusivisme antara kami
para ADK dengan orang-orang
diluar
ADK. Kami para ADK adalah
orang-orang khos (orang
khusus) dan mereka
adalah adalah orang ’amah
(orang umum). Orang khos
adalah orang yang
sudah mengikuti tarbiyah dan
mengikuti liqo ’at (semacam
halaqah tapi
lebih khusus lagi) dan orang
’ amah adalah orang yang belum
mengenal
tarbiyah.
Para ikhwah, terutama para
ADK, tidak akan mau menikah
dengan ’amah
karena mereka dapat membuat
orang khos seperti kami menjadi
future,
bahkan bisa membuat kami
terlempar dari jalan dakwah.
Istilah khos dan
a’amah ini membuat saya merasa
tidak natural dan
tidaknmanusiawi dalam
menghadapi teman saya yang
’ amah.
Saya diajarkan bahwa mereka
adalah mad ’u (objek dakwah)
saya. Jika
saya bisa menarik mereka ke
dalam sistem kami apalagi bisa
menjadi ADK,
maka kami akan mendapat
pahala yang sangat besar. Saya
merasa menjadi
berdagang dengan teman saya
yang dulunya sebelum menjadi
ADK adalah
sahabat saya. Saya merasa tidak
memanusiakan teman saya dan
lebih
memandang mereka sebagai
objek dakwah.
Dalam liqo ’at ataupun dauroh
saya juga ada beberapa hal yang
membuat
saya tidak sreg, seperti bahwa
saya harus lebih mengutamakan
liqo ’at
daripada kepentingan orang tua
dan keluarga saya. Bahkan saya
pernah
diberitahu bahwa bila sudah ada
panggilan liqo ’at, mski orang tua
saya
sakit dan harus menjaganya,
maka saya harus tetap datang
liqo (entah
mengapa selama beberapa
tahun saya bisa menerima
konsep yang kurang
manusiawi ini).
Hal lain adalah saya tidak boleh
mengikuti kajian di luar liqo saya,
padahal setahu saya bahwa
kebenaran itu tidak hanya milik
liqo saya,
masih banyak sekali kebenaran
di luar sana. Bahkan buku
bacaan pun
diatur dimana ada banyak buku
yang saya sangat berguna untuk
menambah
wawasan keislaman saya seperti
buku yang mengajarkan tentang
hakikat
islam namun oleh murabbi saya
dilarang. Untuk hal ini saya
membangkang
karena seandainya islam itu
memang benar rahmatan lil
alamin maka
ilmunya pun pasti sangat luas
dan tidak hanya monopoli
orang-orang di
PKS semata.
Dan hal yang paling mengusik
saya adalah selama saya mengaji
di liqo
ataupun mengikuti taujih dan
taushiyah dalam syuro ataupun
dauroh-dauroh
(training) saya merasa lebih
banyak diajarkan tentang
kebencian
terhadap agama atau aliran lain
seperti bagaimana kejamnya
kaum nashoro
(nasrani) yang membantai
saudara kami di Poso, yahudi
yang membantai
saudara kami di Palestina, JIL
yang memusuhi kami, NII yang
sesat,
teman-teman Salafi yang
mengganggu kami, dst. Sampai-
sampai, akibat
begitu terinternalisasinya hal
tersebut, ketika saya mengikuti
tarbiyah
universitas dan sedang makan
siang, saya dan teman-teman
menganggap yang
sedang kami makan dan telan itu
adalah orang-orang yahudi dan
nashoro.
Doa-doa kami pun selalu secara
khusus ketika qunut adalah
untuk
mujahid-mujahid di Palestina dan
Afganistan (kadang saya berpikir
kapan
kita berdoa untuk pahlawan
perjuangan di Indonesia yang
telah
menghadiahkan kemerdekaan
terhadap kita). Sejujurnya saya
lebih
tersentuh dan bisa menangis
tersedu-sedu ketika dibacakan
ayat-ayat
seperti dalam surat Ar-Rahman
yang menceritakan Cinta-Ilahi
ketimbang
surah seperti Al-Qiyamah yang
menceritakan azabNya.
Kebencian sangat bertentangan
dengan hati nurani saya karena
saya
sangat percaya dengan ayat yang
mengatakan bahwa rahmat Allah
SWT lebih
cepat dari murkaNya, yang
artinya cinta Allah SWT
seharusnya dapat
menghapus kemarahanNya
terhadap umat manusia. Inilah
sebabnya mengapa di
sini hati saya merasa sangat
kering saat mengikuti tausiyah
dan taujih
yang senantiasa bercerita
tentang peperangan dan
kebencian.
Semua ganjalan-ganjalan yang
saya rasakan akhirnya meledak
ketika
saya kemudian tahu dari sumber
yang terpercaya dalam
pemerintahan, juga
dari petinggi PKS sendiri, tentang
agenda yang tidak pernah saya
ketahui
sebelumnya dan pastinya juga
tidak diketahui oleh orang-orang
se-level
saya atau bahkan pun pengurus
inti PKS.
Agenda utama PKS adalah
menghancurkan budaya
Indonesia melalui invasi
budaya Arab Saudi. Banyak
sekali indikasi yang saya rasakan
langsung
pada saat menjadi ADK seperti
upaya kami untuk menghalang-
halangi acara
seni, budaya, musik, dll. Hingga
berbagai upaya kami agar bisa
memboikot
mata kuliah ilmu budaya dasar
(IBD). Saya ingat dulu, karena
saya
begitu termakan doktrin bahwa
mata kuliah IBD tidak berguna
dan bisa
melemahkan iman saya seringkali
membolos kalau ada latihan
menari sampai
saya sempat dibenci teman-
teman saya.
Kembali kepada agenda PKS ini
sebagai perpanjangan tangan
dari
Kerajaan Saudi tujuan utamanya
adalah agar kekuasaan Arab bisa
mencapai
indonesia mengingat satu-
satunya sumber devisa Arab
adalah minyak yang
diperkirakan akan habis pada
tahun 2050 dan melalui jamaah
haji.
Indonesia adalah negara yang
sangat kaya sumber daya alam
dan
merupakan umat muslim
terbesar di dunia. Bahkan jika
seluruh umat muslim
di timur tengah disatukan, umat
muslim Indonesia masih jauh
lebih
banyak. Untuk itu, agar dapat
bertahan secara ekonomi, maka
Arab Saudi
harus bisa merebut Indonesia
dan cara yang paling jitu adalah
melalui
invasi kebudayaan.
Islam dibuat menjadi satu
dengan kebudayaan Arab,
sehingga budaya
Arab akan dianggap Islam oleh
masyarakat Indonesia yang relatif
masih
kurang terdidik dan secara
emosional masih sangat fanatik
terhadap
agama.
Ketika kebudayaan lokal sudah
bisa dihilangkan dan kebudayaan
Arab
yang disamarkan sebagai Islam
dapat berkuasa, maka orang-
orang akan
menjadi begitu fanatik buta
bahkan fundamentalis dan tidak
bisa lagi
mengapresiasi agama lain dan
budaya lokal. Lalu, bila
kebudayaan
Nusantara sudah sampai
dianggap musyrik atau bid’ah,
maka saat itulah
NKRI akan bubar. Orang-orang
yang pulaunya dihuni oleh
mayoritas non
muslim atau yang masih
memegang budaya lokal di
indonesia akan meminta
merdeka. Pulau-pulau di
Indonesia akan terpecah belah
dan pada saat
itulah orang-orang ini akan bagi-
bagi “kue”.
Peta rencanaya adalah bagian
pulau di Indonesia yang
mayoritas Islam
akan dikuasai oleh Arab.
Sedangkan daerah yang
penduduknya mayoritas
kristen akan dikuasai oleh
Amerika. Lalu, daerah-daerha
yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu,
Buddha, Animisme, dll., akan
dikuasai oleh
Cina.
Tidak banyak orang PKS yang
tahu soal ini, hanya segelintir saja
yang
memahaminya. Mereka
menduduki posisi-posisi strategis
dalam
pemerintahan agar dapat lebih
memudahkan agendanya.
Sentimen keagamaan
terus dipakai untuk meraih
simpati masyarakat. Sehingga
berbagai produk
kebijakan seperti Perda Syariat,
UU APP, dll. yang rata-rata
hanya
sekedar mengurus masalah cara
berpakaian semata akan dengan
bangganya
diterima oleh masyarakat muslim
yang naif sebagai keberhasilan
Islam.
Masyarakat kita lupa bahwa
sampai saat ini PKS belum
menghasilkan produk
yang dapat memajukan ekonomi,
menyelesaikan permasalahan
kesehatan,
pendidikan, pencegahan
bencana alam, korupsi,
trafficking, tayangan TV
yang semakin memperbodoh
masyarakat, dan permasalahan
lain yang lebih
riil dan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita ketimbang
sekedar
mengatur cara orang dewasa
berpakaian dan berperilaku.
Jangan terburu-buru apriori dan
menganggap tulisan mengenai
pengalaman saya ini adalah
black campaign. Renungkan
dengan hati nurani
yang dalam. Tidak ada
kepentingan saya selain hanya
menyampaikan
kebenaran.
Saya tahu resiko apa yang ada di
hadapan saya dan siapa yang
saya
hadapi. Tapi saya lebih takut
menjadi bagian dari orang yang
zalim,
karena tahu kebenaran, namun
tidak bersuara. Rasa cinta saya
bagi negeri
yang sudah memberi saya
kehidupan ini menutupi rasa
takut saya. Saya
yakin siapa yang berjalan dalam
kebenaran maka kebenaran
akan
melindunginya.
Buat rekan saya, murabbi saya,
sahabat-sahabat saya dulu
sesama
ikhwah, saya mencintai kalian
semua dan akan terus mencintai
kalian.
Saya berharap, persaudaraan
kita tetap terjalin karena
bukanlah partai
atau agama yang
mempersaudarakan kita, tapi
karena kita satu umat
manusia, anak cucu Adam. Kalau
bahasa teman saya, kita menjadi
saudara
karena kita menghirup udara
yang sama, makanya kita disebut
“ sa-udara”.Semoga pengalaman
saya ini dapat menjadi bahan
renungan para
jamaah “fesbukiyah” dalam
menentukan pilihan pemimpin
yang akan membawa
kapal Indonesia menuju
masyarakat yang bahagia,
makmur dan sentosa, yang
memiliki jati diri dan menghargai
kebudayaan nusantara.
Wallahu A ’lam Bis-Shawab
Wallahul Musta’an.
Tulisan disadur langsung dari
Indonesian Community on
Multiply
Comments
Post a Comment
silahkan berkomentar kawan !