5 Fakta Tentang Media Sosial

Image Hosted by UploadHouse.com
B.L.
Ochman, pemasar dan narablog
Whatsnextonline. Menurut
Ochman, orang memang sering
salah paham tentang media
sosial. Kesalahpahaman ini dipicu
oleh mitos-mitos tentang media
sosial. Apa saja?

1. Media sosial murah. Memang
layanan media sosial tersedia
secara gratis. Contohnya
YouTube, Flickr, dan blog. Tapi
untuk menyatukan semua media
itu dalam satu program
pemasaran digital tentu saja
membutuhkan keterampilan,
waktu, dan dana yang tak
sedikit. Di Amerika, anggaran
sebuah kampanye pemasaran
dengan media sosial kira-kira
mencapai Rp 500 juta untuk
jangka waktu dua-tiga bulan.
Di Indonesia? Seorang kawan
yang bekerja di sebuah agensi
membisikkan angka Rp 150 juta
untuk program satu bulan. Bisa
kurang, bisa lebih. Tergantung
media sosial yang digunakan,
kompleksitas program
kampanye, cakupan
khalayaknya, berapa banyak
influencer yang disewa, dan
sebagainya.
Biaya itu dipakai untuk, antara
lain, membuat situs/blog yang
mampu menggabungkan
interaktivitas, penggunanya bisa
ikut membuat konten (user-
generated content), serta
transaksi daring (online). Tarif
pembuatan blog ini bisa
bertambah bila ada widget
khusus, misalnya tombol untuk
berbagi informasi ke Twitter,
Facebook, dan Flickr. Kalau
ditambah dengan pemasangan
iklan di Google AdWord atau
Facebook, kocek pun harus
dirogoh lebih dalam.

2. Media sosial itu gampang.
Semua orang bisa. Bahkan
banyak orang yang belakangan
ini mengaku sebagai spesialis
pemasaran digital atau pakar
media sosial. Tapi berapa banyak
di antara mereka yang benar-
benar pernah sukses
menjalankan sebuah kampanye
pemasaran memakai media
sosial?
Memang hanya diperlukan lima
menit untuk mendaftarkan diri di
sebuah layanan media sosial.
Tapi dibutuhkan berpuluh-puluh
purnama agar seseorang benar-
benar memahami seluk-beluk
media sosial. Pakar media sosial
sejati biasanya telah
berpengalaman bertahun-tahun
aktif di mayantara. Ia juga
terbiasa dengan adab di ranah
blog dan forum serta
mengetahui perilaku konsumen
di ranah daring. Pengalaman
tersebut diperlukan untuk
mengenali karakteristik setiap
jenis media sosial, apa kelebihan
dan kekurangan masing-masing,
sebelum membuat sebuah
program.

3. Media sosial dapat dikerjakan
sendirian. Ini anggapan yang
salah. Anda membutuhkan
strategi, kontak, alat kontrol,
dan pengalaman –kombinasi
pekerjaan yang biasanya
dikerjakan oleh sebuah tim.
Jarang sekali ada satu orang
yang mampu mengerjakan
semuanya, memproduksi konten,
mempopulerkannya,
mengundang orang datang,
mengiklankan diri, menyebar
surat elektronik, memantau
percakapan, dan aneka
pekerjaan media sosial.

4. Media sosial secara otomatis
mengundang orang. Ini juga
anggapan yang salah. Tak ada
jaminan bahwa video yang kita
buat di YouTube pasti akan laris
ditonton, seperti Keong Racun
yang dinyanyikan secara lipsync
oleh Shinta dan Jojo. Diperlukan
upaya dan kerja keras agar
khalayak datang dan berteriak,
“ Wah, ini keren!”

5. Media sosial tak dapat diukur
efektivitasnya. Ini pun anggapan
yang salah. Ada beberapa alat
ukur dan metode pengukuran,
termasuk menghitung berapa
jumlah komentar yang masuk di
blog, respons di Twitter, jumlah
pengeklik iklan. Tersedia pula
layanan statistik daring yang
menyuguhkan data aktivitas
kunjungan ke situs, misalnya
Google Trends dan Analytics,
fasilitas pencarian di Twitter,
BackType, dan sebagainya.

Comments

Popular posts from this blog

bank plecit

primkopabri