kisah tukang batu (ver 2.0)
Dongeng tentang Tukang
Batu ini waktu masih kecil,
saat diceritakan oleh
bapak guru tercinta kami
mendengarnya dengan
manggut-maggut, mau
komentar atau nanya
males, soalnya selak
kepingin pulang, perut
sudah klikikan.
Ada seorang tukang batu
yang menginginkan
menjadi makhluk yang
paling kuat. Pekerjaan
sehari-harinya adalah
memecah gunung batu,
diambil batunya sedikit
demi sedikit, nek okeh2
gak kuwat, dijualnya untuk
mendapatkan imbalan
demi menyambung
hidupnya. Di saat bekerja
memecah batu ini, si
tukang batu seringkali
mengalami kepanasan
oleh terik matahari. Maka
dia berpikir, Wah,
seandainya aku jadi
matahari, maka tak ada
lagi yang bisa
mengalahkan aku. Maka
dia berdoa agar dirinya
berubah menjadi matahari.
Permintaannya terkabul,
mak bulll … begitu. Jadilah
dia matahari. Merasa
dirinya paling kuat. Tapi
ternyata cuma sementara.
Datanglah awan menutupi
sinarnya. Si Matahari alias
tukang batu berpikir, kalo
begitu, menjadi awan lebih
kuat. Matahari saja bisa
kalah.Maka berdoalah dia
agar berubah menjadi
awan.
Permohonannya terkabul
lagi, crot … jadi awan….
Setelah menjadi awan, dia
puas bisa mengalahkan
matahari, bisa
menurunkan hujan,
mendatangkan banjir. Tapi
itu pun cuma sebentar,
bertiuplah angin. Awan
menjadi kocar-kacir.
Mendung hilang, dan si
awan bubar jalan. Tukang
Batu itu merasa kok
dirinya dengan
gampangnya dihembus
oleh angin. Maka dia
berpikir, berarti anginlah
yang paling kuat. Maka
berdoalah sekali lagi si
tukang batu itu, meminta
agar dijadikan angin.
Permohonannya terkabul,
wush … jadi angin. Maka
setelah menjadi angin,
mengacaulah dia. Merasa
dirinya paling kuat, semua
benda ditiupnya. Porak
poranda, berantakan, tak
ada yang kuat
menghalangi kekuatannya.
Kecuali Gunung Batu, dia
tiup sekuat tenaga tak
bergeser sedikitpun.
Sampai kehabisan daya
tiup, tetep tak bergerak si
gunung itu. Sehingga
kesimpulan si angin alias
tukang batu berubah.
Gunung Batulah makhluk
paling kuat.
Maka untuk kesekian
kalinya, permintaannya
dikabulkan, glundhung…
yakni menjadi gunung
batu. Baru sehari menjadi
Gunung Batu, paginya dia
merasa kesakitan karena
dirinya dipukuli bertubi-
tubi oleh makhluk yang
namanya manusia yang
profesinya sebagai Tukang
Batu. Secuil demi secuil
tubuhnya digerogoti terus.
Maka sadarlah si Gunung
Batu, bahwa sebenarnya
mahkluk yang paling kuat
adalah Tukang Batu,
makhluk yang dulu pernah
dia anggap paling lemah.
Tapi dia ndak mau jadi
tukang batu, lho kan sama
dengan crito sebelumnya,
maka dia kepingin jadi
juragan batu. Diapun
berdoa agar jadi juragan
batu.
Terkabul juga, mak thing…
jadilahh ia Juragan Batu,
enak tenan. Cukup
membeli batu-batu dari
tukang batu, kemudian di
jual ke kota dengan harga
yang lebih mahal,
dikurangi ongkos transport
dan tenaga, hasilnya
ternyata lebih banyak.
Kemudian ia berfikir,
alangkah hebatnya
pemborong yang membeli
batu-batunya untuk dibuat
bangunan, kendaraannya
saja fortuner yang gagah
berani, tidak seperti dia
yang naik cikar. Maka dia
berdoa kembali dengan
khususk untuk dijadikan
Pemborong.
Mak pethunthung….,
terkabul cita-citanya, dia
menjadi Pemborong hebat.
Ia bekerja cukup keras,
sehingga menjadi
pemborong yang sukses.
Membangun apa saja,
mulai dari perumahan,
jembatan, jalan layang,
jalan TOL, kondominium,
perkantoran, rumah sakit,
pusat perbelanjaan, sirkuit
pokoke opo wae
dibangun, lagi maruk sih.
Usahanya berhasil dengan
kerja keras, dan akhirnya
ia berdoa kembali,
bagaimana caranya agar
dia tidak sekedar
membangun, tetapi
memiliki.
Mak jegagik…., ia bener
bener sukses memiliki
beberapa gedung
perkantoran yang
disewakan, kondominium,
sirkuit balapan, gedung
pergudangan dan lain
sebagainya. Pokoknya
hebat deh, jadi
konglomelarat, opo-opo di
pek kabeh.
Begitu seharusnya cerita,
intinya kalau manusia mau
bekerja dan berdoa utawa
bahasa kerennya ”ora et
labora” (bukan ora berdoa
dan ora berusaha) jangan
hanya cukup merasa
bahwa menjadi tukang
batu adalah yang paling
hebat. Gawe crito kok
nyleneh dan ngawur,
berdoa njaluk iki mak
klinthing dadi, berdoa
njaluk iku mak crot dadi,
berdoa maneh mak blug
brubah maneh, memange
satria baja hitam utawa
ultraman, molah malih sak
enake udele. Suk neh nek
gawe crito sing mendidik
bocah, ora mek bocahe
ben seneng, tapi sing
nganggo nalar sithik.
Batu ini waktu masih kecil,
saat diceritakan oleh
bapak guru tercinta kami
mendengarnya dengan
manggut-maggut, mau
komentar atau nanya
males, soalnya selak
kepingin pulang, perut
sudah klikikan.
Ada seorang tukang batu
yang menginginkan
menjadi makhluk yang
paling kuat. Pekerjaan
sehari-harinya adalah
memecah gunung batu,
diambil batunya sedikit
demi sedikit, nek okeh2
gak kuwat, dijualnya untuk
mendapatkan imbalan
demi menyambung
hidupnya. Di saat bekerja
memecah batu ini, si
tukang batu seringkali
mengalami kepanasan
oleh terik matahari. Maka
dia berpikir, Wah,
seandainya aku jadi
matahari, maka tak ada
lagi yang bisa
mengalahkan aku. Maka
dia berdoa agar dirinya
berubah menjadi matahari.
Permintaannya terkabul,
mak bulll … begitu. Jadilah
dia matahari. Merasa
dirinya paling kuat. Tapi
ternyata cuma sementara.
Datanglah awan menutupi
sinarnya. Si Matahari alias
tukang batu berpikir, kalo
begitu, menjadi awan lebih
kuat. Matahari saja bisa
kalah.Maka berdoalah dia
agar berubah menjadi
awan.
Permohonannya terkabul
lagi, crot … jadi awan….
Setelah menjadi awan, dia
puas bisa mengalahkan
matahari, bisa
menurunkan hujan,
mendatangkan banjir. Tapi
itu pun cuma sebentar,
bertiuplah angin. Awan
menjadi kocar-kacir.
Mendung hilang, dan si
awan bubar jalan. Tukang
Batu itu merasa kok
dirinya dengan
gampangnya dihembus
oleh angin. Maka dia
berpikir, berarti anginlah
yang paling kuat. Maka
berdoalah sekali lagi si
tukang batu itu, meminta
agar dijadikan angin.
Permohonannya terkabul,
wush … jadi angin. Maka
setelah menjadi angin,
mengacaulah dia. Merasa
dirinya paling kuat, semua
benda ditiupnya. Porak
poranda, berantakan, tak
ada yang kuat
menghalangi kekuatannya.
Kecuali Gunung Batu, dia
tiup sekuat tenaga tak
bergeser sedikitpun.
Sampai kehabisan daya
tiup, tetep tak bergerak si
gunung itu. Sehingga
kesimpulan si angin alias
tukang batu berubah.
Gunung Batulah makhluk
paling kuat.
Maka untuk kesekian
kalinya, permintaannya
dikabulkan, glundhung…
yakni menjadi gunung
batu. Baru sehari menjadi
Gunung Batu, paginya dia
merasa kesakitan karena
dirinya dipukuli bertubi-
tubi oleh makhluk yang
namanya manusia yang
profesinya sebagai Tukang
Batu. Secuil demi secuil
tubuhnya digerogoti terus.
Maka sadarlah si Gunung
Batu, bahwa sebenarnya
mahkluk yang paling kuat
adalah Tukang Batu,
makhluk yang dulu pernah
dia anggap paling lemah.
Tapi dia ndak mau jadi
tukang batu, lho kan sama
dengan crito sebelumnya,
maka dia kepingin jadi
juragan batu. Diapun
berdoa agar jadi juragan
batu.
Terkabul juga, mak thing…
jadilahh ia Juragan Batu,
enak tenan. Cukup
membeli batu-batu dari
tukang batu, kemudian di
jual ke kota dengan harga
yang lebih mahal,
dikurangi ongkos transport
dan tenaga, hasilnya
ternyata lebih banyak.
Kemudian ia berfikir,
alangkah hebatnya
pemborong yang membeli
batu-batunya untuk dibuat
bangunan, kendaraannya
saja fortuner yang gagah
berani, tidak seperti dia
yang naik cikar. Maka dia
berdoa kembali dengan
khususk untuk dijadikan
Pemborong.
Mak pethunthung….,
terkabul cita-citanya, dia
menjadi Pemborong hebat.
Ia bekerja cukup keras,
sehingga menjadi
pemborong yang sukses.
Membangun apa saja,
mulai dari perumahan,
jembatan, jalan layang,
jalan TOL, kondominium,
perkantoran, rumah sakit,
pusat perbelanjaan, sirkuit
pokoke opo wae
dibangun, lagi maruk sih.
Usahanya berhasil dengan
kerja keras, dan akhirnya
ia berdoa kembali,
bagaimana caranya agar
dia tidak sekedar
membangun, tetapi
memiliki.
Mak jegagik…., ia bener
bener sukses memiliki
beberapa gedung
perkantoran yang
disewakan, kondominium,
sirkuit balapan, gedung
pergudangan dan lain
sebagainya. Pokoknya
hebat deh, jadi
konglomelarat, opo-opo di
pek kabeh.
Begitu seharusnya cerita,
intinya kalau manusia mau
bekerja dan berdoa utawa
bahasa kerennya ”ora et
labora” (bukan ora berdoa
dan ora berusaha) jangan
hanya cukup merasa
bahwa menjadi tukang
batu adalah yang paling
hebat. Gawe crito kok
nyleneh dan ngawur,
berdoa njaluk iki mak
klinthing dadi, berdoa
njaluk iku mak crot dadi,
berdoa maneh mak blug
brubah maneh, memange
satria baja hitam utawa
ultraman, molah malih sak
enake udele. Suk neh nek
gawe crito sing mendidik
bocah, ora mek bocahe
ben seneng, tapi sing
nganggo nalar sithik.
hehehehe blog sampean oke mas bro. salute!
ReplyDeletehahaay..mbok jgn pake 'anonim' biar saya visit balik k 'tempat' sampean :)hahaay..mbok jgn pake 'anonim' biar saya visit balik k 'tempat' sampean :)
ReplyDelete