orang jawa wajib baca !

Djawa .
Diantara kita jarang
sekali ada yang
mengetahui asal mula aksara
Djawa. Jangankan asal mulanya,
bentuk tulisannya saja diantara
kita pasti tidak tahu. Apalagi
makna yang terkandung di
dalamnya. Memang aksara
Djawa ini bukan menjadi bahasa
(tulisan) wajib negara kita. Para
Pemuda-Pemudi telah
mengikrarkan bahasa persatuan
yaitu bahasa Indonesia. Tetapi
setidaknya sebagai bangsa yang
baik, kita bangsa Indonesia,
khususnya masyarakat Djawa
tidak melupakan sejarah
peninggalan Leluhur terdahulu.
Beranjak dari keadaan tersebut
di atas maka Penulis hendak
mengingatkan kembali, aksara
(huruf) Djawa yang sudah mulai
punah dan terlupakan. Di sini
Penulis tidak bermaksud
membawa kepentingan SARA
atau Golongan (Djawa). Seperti
yang telah dikemukakan di atas,
Penulis hanya ingin
mengingatkan kembali sejarah
peninggalan Leluhur terdahulu.
Sehingga muncul halaman ini,
mari kita simak dan ingat
kembali asal usul aksara (huruf)
Djawa terlebih dahulu.
Cerita ini berawal dari seorang
Raja yang mempunyai dua orang
murid. Raja ini bernama Prabu
Aji Saka, dengan dua orang
muridnya bernama Duro dan
Sembodro. Salah satu muridnya
yang bernama Duro ditugaskan
oleh Prabu Aji Saka untuk
menjaga pusaka kerajaan. Nama
pusaka kerajaan tersebut adalah
Sarutama, dalam cerita Djawa
berarti Hina tetapi utama (Saru-
Utama). Saat itu Prabu Aji Saka
berpesan “Siapapun tidak dapat
mengambil Pusaka Sarutama,
kecuali Prabu Aji Saka sendiri”.
Pusaka Sarutama ini
dipercayakan kepada Duro.
Prabu Aji Saka pada saat itu
berangkat perang, namun
ditengah-tengan peperangan
Prabu Aji Saka mengalami
kesulitan. Sehingga Prabu Aji
Saka memerlukan pusaka
Sarutama. Prabu Aji Saka pun
menugaskan Sembodro yang
mendampinginya di medan
perang, untuk mengambil
pusaka Sarutama di kerajaan.
Sembodro pun pulang kembali
dengan maksud mengambil
pusaka Sarutama. Sesampainya
kembali di kerajaan, Sembodro
meminta Duro untuk
menyerahkan pusaka Sarutama
kepadanya.
Tetapi karena Duro sudah diberi
amanat oleh Prabu Aji Saka guru
mereka untuk tidak
menyerahkan pusaka sarutama
kepada siapapun kecuali kepada
Prabu Aji Saka, maka Duro
menolak untuk menyerahkan
pusaka saru tama tersebut.
Sembodro pun mendapat
amanat untuk mengambil
pusaka Sarutama tersebut.
Akhirnya Sembodro tetap
memaksa Duro untuk
mnyerahkan pusaka Sarutama
tersebut. Karena sama-sama
mendapat amanat (pesan) dari
Prabu Aji Saka, merekapun
berusaha mejalankan amanat
masing-masing.
Merekapun bertempur untuk
menjalankan amanat mereka.
Pertempuran sesama murid
kepercayaan Prabu Aji Saka ini
berlangsung sengit. Hingga
akhirnya mererka mati (gugur)
demi menjalankan amanat
mereka dari Prabu Aji Saka.
Keadaan mereka disaat mati
saling rangkul/pangku (mati
sampyuh, Djawa). Kita dapat
mengambil inti sari makna dari
cerita di atas. Bahwa masyarakat
Djawa memiliki sifat yang luhur,
setia dan taat, serta rela
berkorban mati-matian demi
mengemban amanat.
Satu lagi sifat masyarakat Djawa,
masyarakat Djawa akan marah
apabila kita memposisikan diri
kita di atas mereka. Tetapi
mereka akan mati (luluh hatinya)
kalau kita memposisikan diri di
bawah (dipangku) mereka. Itu
mengapa akhirnya di dalam
aksara Djawa bila di akhir huruf
dipangku akan mati.
contoh tulisan jawa kuno

Comments

Popular posts from this blog

bank plecit

primkopabri